SANG MAHA GURU, SEORANG GURU DARI GURU GURUKU.
Oleh : Muh. Ikhwan Ahmad

Aku mengaku, Jika bukan karna bimbingan sang guru, maka mungkin antara hewan dan diriku bisa saja tak dapat dibedakan.
Semangat mengajar dan mendidik dari beliau, serta rasa ikhlas yang hari ini jarang dimiliki oleh para guru, kuyakini jadi sebab kenapa hati sekeras batu ini, dapat tergerak untuk belajar, membuat mulut mampu mengucap, abjad abjad hijaiyyah, walau diawalnya, lisan yang kaku kadang membuat malu.
Nasihatnya dapat menerobos kecongkakan hati, membuatnya luluh lalu mengalah dan memilih berubah.
Perlahan otakpun tergerak lebih semangat untuk mengingat, tasrifan shorof, serta bermacam macam kaedah dalam ilmu nahwu, walau itu kadang membuat penat.
Wasiat wasiatnya yang sempat tercatat menjadi buah penyemangat dikala putus asa hampir menghampiri.
Pesan pesannya, seperti benih benih, yang tumbuh disekitaran hati, menjadikan hati yang tadinya Mati, kembali memulai membangun mimpi.
Nasehat yang dapat menyadarkan diri, bahwa kebodohan bukan hal yang beliau ingini dan merupakan bentuk mengingkari apa yang telah dirisalahkan oleh sang Nabi, karna tanpa ilmu katanya, arah menuju sang ilahi tidak akan dapat dicapai
Semua hal tentangnya berkumpul dalam kata kebaikan.
Dimana, bila semua kebaikan itu mau dibalas, maka tak akan ada perbuatan baik yang dapat menjadi balasan yang sama nilainya.
Yang kusanggupi, hanya mendoa.
Yah, melalui doa, aku merayu Tuhan agar beliau dipanjangkan umurnya, diberi kesehatan, dilancarkan rezkinya dan nawacitanya tercapai, walau kutau doa-doa dari lisan sucinya itu lebih didengar oleh Tuhan dari pada Doa yang dilangitkan lisan kotorku.
Paling tidak harapan dan doa-doaku, menjadi sebongkah barokah, agar esok aku bisa berguna, sebagaimana harapan beliau kepada santri -santrinya.
Tuhan…, tentang doaku, kabulkanlah.
# selamat Hari guru .
# Mamuju 25 November 2018